Selasa, 20 Maret 2012

Guru Bukan Komandan Pleton dalam Pembelajaran

Menjelang UN/ US banyak guru kelas 6 dan orang tua murid dipusingkan dengan berbagai upaya untuk menghafalkan berbagai materi pelajaran terutama IPA, Bahasa Indonesia, dan Matematika. Try out UN bahkan dilakukan lebih dari 5 kali di suatu sekolah. Sampai-sampai dinas pendidikan membuat agenda tes untuk anak kelas 6 full time tanpa jeda waktu. Tak peduli apakah mereka masih punya kesempatan untuk membahas hasil try out atau tidak, yang penting semakin banyak latihan akan semakin baik hasil UN-nya (mungkin). Ini semua dilakukan adalah dalam rangka mendongkrak nilai UN siswa SD di Banjarnegara yang konon kabarnya nilai rata-rata kita berada di bawah jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Jawa Tengah.

Namun demikian terlalu berlebihan jika kita sebagai guru terlalu barharap kepada seluruh siswa di kelas untuk pandai seluruh mata pelajaran yang kita berikan. Kita bukan komandan pleton dalam pembelajaran. Sekali kita bilang "lencang depan grak" semua lantas berposisi sama dengan mengacungkan tangannya ke depan. Ingin membuat seluruh siswa dapat melakukan hal yang sama dengan kualitas yang sama seperti prajurit itu tidak mungkin terjadi di dalam proses pembelajaran. Ada anak yang pandai matematika, namun bahasa Indonesianya lemah. Begitu juga anak yang pandai olah raga barang kali ketiga pelajaran yang di UN-kan sangat payah. Namun jika direnungkan, sebenarnya tidak ada korelasi positif antara pandai mengerjakan soal UN dengan kesuksesan di masa yang akan datang. Tidak ada jaminan bahwa anak yang pandai matematika, lantas dia akan sukses menjalani hidupnya. Begitu juga tidak ada jaminan bahwa anak yang tidak pandai mengerjakan soal UN lantas masa depan mereka akan menjadi suram. YANG MENENTUKAN MASA DEPAN MEREKA ADALAH KESUNGGUHAN HATI DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN YANG DIINGINKANNYA.

Ada sebuah kisah konon dunia pernah digemparkan oleh sebuah kabar bahwa para binatang akan membuat sebuah sekolah unggulan bagi para binatang yang akan memberikan pelajaran berbagai keterampilan yang dimiliki oleh semua binatang. Maka dibuatlah kurikulum yang memuat berbagai kecakapan hidup binatang seperti: terbang, lari, berenang, loncat, memanjat dan menggali.
Sekolahpun dibuka dan menerima murid dari berbagai belahan hutan. Hampir semua perwakilan spesies binatang datang untuk menjadi siswa di sekolah unggulan tersebut, mulai dari burung, kelinci, ikan, kanguru, monyet, kepiting dan sebagainya.  Pada awalnya dikabarkan bahwa program sekolah berjalan lancer. Hingga semua murid merasakan nuansa baru yang bisa membuat mereka ceria. Hingga tibalah pada suatu hari yang mengubah keadaan sekolah tersebut.
Apakah yang akan terjadi SILAKAN KLIK BERIKUT INI !

Tidak ada komentar: